Review Nice Homework #2 (NHW#2)

Review Nice Home Work #2

✅CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL✅


Pertama yang akan kami katakan adalah SALUT untuk para bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional yang berhasil mengalahkan "rasa" berat untuk mengerjakan nice homework#2 ini. Kalau di Jawa ada pepatah  yang mengatakan "Ojo kalah karo wegah" (Jangan mau kalah dengan rasa malas).  Karena sebenarnya kalau urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan MAMPU atau TIDAK MAMPU melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti teman-teman bisa melakukannya di tengah kesibukan yang luar biasa.

Kami sangat menghargai proses teman-teman membuat checklist profesionalisme ini. Mulai dari menanti-nanti jawaban dari suami dan anak bagi yang sudah berkeluarga, maupun melakukan kesungguhan bermain “andaikata aku menjadi istri dan ibu” bagi yang sedang dalam proses memantaskan diri membangun keluarga. Ada yang terkaget-kaget dengan banyaknya list jawaban dari suami dan anak-anak, ada juga yang bingung dengan jawaban dari para suami dan anak, karena terlalu sederhananya keinginan mereka terhadap kita, demi sebuah kebahagiaan.

KOMITMEN DAN KONSISTEN

Dua kata itulah yang akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam membuat checklist profesionalisme ini. Buatlah komitmen setahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan kita, kemudian belajar istiqomah, konsisten menjalankannya.

Konsistensi kita terhadap sebuah komitmen yang indikatornya kita susun sendiri, akan menjadi pondasi kita dalam menyusun “DEEP HABIT” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dibangun secara terus menerus untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan fokus, ketajaman berpikir dan benar-benar krusial untuk hidup kita. 

Selama ini disadari atau tidak banyak diantara kita memaknai aktivitas sehari-hari mendidik anak dan mengelola keluarga sebagai aktivitas  “Shallow Work”, yaitu aktivitas yang dangkal, tidak fokus, penuh distraksi (gangguan-gangguan) sehingga tidak memunculkan perubahan besar dalam hidup kita, bahkan banyak yang cenderung bosan dengan kesehariannya.

Selama ini status-status dangkal yang terus mengalir di sosial media seperti Facebook (FB) ditambah puluhan notifikasi whatsapp (WA) sering membuat kita terjebak dalam “shallow activities”, kelihatan sibuk menghabiskan waktu, tetapi sebenarnya tidak memberikan hasil nyata bagi perubahan hidup kita.

Harapan kami dengan adanya Checklist Profesionalisme Perempuan ini, teman-teman akan lebih fokus dalam proses “peningkatan kualitas diri” kita sebagai perempuan, istri dan ibu, meski kita menggunakan media WA dan FB sebagai kendaraan belajar kita, Sehinga bisa mengubah aktivitas yang dulunya masuk kategori “SHALLOW WORK” menjadi “DEEP WORK” (aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita).

Untuk itu mari kita lihat kembali Checklist kita :
1.Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah spesifik? misal kalimat "akan mengurangi aktivitas gadget selama di rumah" akan lebih baik anda ganti dengan, setiap hari akan menentukan Gadget hours selama 2 jam.
2.Apakah kalimat-kalimat di checklist  sudah terukur? misal "Menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga", akan lebih baik kalau diganti dengan " Sehari minimal menyelenggarakan 1 x family forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga"
3.Apakah checklist yang kita tulis mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha? Misal sehari akan membaca 2 buah buku tentang pendidikan? ukur diri kita apakah mungkin? karena selama ini sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik kalau anda ganti. Membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya.
Sesuatu yang terlalu susah diraih itu akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa, tetapi sesuatu yang sangat mudah diraih itu akan membuat kita menyepelekan.
Kembali ke istilah jawa ini namanya "gayuk...gayuk tuna" (contoh kasus, kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan, mangga itu akan bisa teraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Biasanya jadi tidak menghargai proses)
4. Apakah tantangan yang kita tulis di checklist ini merupakan tantangan-tantangan yang kita hadapi sehari-hari? misal anda adalah orang yang susah disiplin selama ini. maka sangat pas kalau di checklist anda tulis, akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP baik offline maupun online. Jadi jelas memang akan menyelesaikan tantangan yang ada selama ini.
5. Berikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist. Misal akan membaca satu buku satu minggu selama bulan November. Akan belajar tepat waktu selama 1 bulan pertama mulai Pebruari 2017.

Kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi nantinya.
Silakan teman-teman  lihat  kembali checklist masing-masing. Kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri kita.

Silakan di print out, dan ditempel di tempat yang kita lihat setiap hari. 

Ijinkan suami dan anak-anak memberikan penilaian sesuai dengan yang kita tentukan. Andaikata tidak ada yang mau menilai, maka diri andalah yang paling berhak menilai perkembangan kita.

Berusaha JUJUR kepada diri sendiri.

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/


Sumber Bacaan :
Deep Work, Cal Newport, E book, akses 30 Oktober 2016.
Materi “MENJADI IBU PROFESIONAL” program Matrikulasi IIP, batch #3, 2016
Hasil Nice Home Work #2, peserta program Matrikulasi IIP batch #3, 2017



*sesi tanya-jawab*
Lanjutan diskusi NHW #2
Pertanyaan:
1⃣ 1. Utk ukuran "achievable", bagaimana menentukan batas antara 'bisa diraih' dan 'terlalu mudah'?
2. Bagaimana membedakan ukuran "measurable" dan "timebond" jika ukuran yg dipakai sama2 waktu, contoh: 'dalam 1 bulan'?
-Gita-
Jawaban:
Terlalu mudah belum tentu bisa diraih jika kita tidak sungguh mengerjakannya.  Misalnya,  salah satu indikator profesional sbg ibu yaitu "memeluk anak setiap hari selama 1 menit"
Terlihat mudah,  tapi belum tentu bisa diraih secara konsisten.  
Measurable dan time bound. 
Saya akan menyediakan waktu utk bercerita kepada anak minimal 30 menit setiap hari selama 3 bulan penuh agar menjadi suatu kebiasaan di keluarga kami.
30 menit setiap hari itu disebut "measurable"
Selama 3 bulan penuh itu disebut "timebound"

Pertanyaan:
2⃣ untuk ceklis indikator masing-masing sebagai individu, istri & ibu, apakah ada batas maksimal jumlahnya?
2. untuk sebagai ibu, apabila tidak bisa ditanyakan ke anak, karena masih kecil, bagaimana menentukan indikatornya?
3. kapankah pengukuran indikator dilakukan?
- Ayu Rachmawati -
Jawaban:
2⃣ tidak ada batas jumlahnya mba ayu.  Semampu kita saja,  karena ini akan dilakukan setiap hari,  setelah itu dievaluasi.  misal setiap akhir minggu atau akhir bulan,  kita lihat lagi,  mana yg sudah dikerjakan,  mana yg harus diperbaiki. Kira kira ada yg perlu ditambah untuk naik tingkat atau harus konsisten dulu mengerjakan indikator saat ini. 
Pesan dari bu septi,  agar kita terbiasa mengerjakan checklist indikator ini,  sebaiknya rutin dilakukan selama 30 hari,  jika sukses lanjut 60 hari,  kemudian lanjut sampai 90 hari.  InsyaAllah kita akan menjadi terbiasa. 
Seperti usaha bu septi untuk menggantung dasternya sejam jam 7 pagi sampai jam 7 malam dan mennggunakan pakaian yg bersih,  rapi dan wangi selama jam 7 pagi sampai jam 7 malam.  Padahal bekerja di rumah 
2. Jika anak masih kecil,  silahkan berandai andai dulu ya mba.  Jadi kita membuat indikator sendiri dulu 
3. Pengukuran indikator dilakukan tergantung masing masing ibu,  karena setiap kita punya waktu dan target yg beda beda.  Misalnya saya,  setiap akhir minggu bertanya pada keluarga,  dari checklist yg sudah dibuat,  apa yg belum dilakukan atau tidak konsisten dilakukan.

Komentar

Postingan Populer