Matrikulasi Institu Ibu Profesional Sesi #3‍‍‍ MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH‍‍‍

Materi Matrikulasi Institu Ibu Profesional Batch#3 Sesi #3

‍‍‍ MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH‍‍‍


“ Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya  menuju peran peradabannya ”

Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.

Maka tugas utama kita sebagai pembangun  peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.

Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “ misi spesifiknya ”, tugas kita memahami kehendakNya.

Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “ peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.

Darimana kita harus memulainya?

PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA  KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK


‍‍‍ NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:

Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?

Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?

Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?

Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? 
Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?

Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “ misi pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.

‍‍ ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a.   Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b.  Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c.   Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan  di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.

Karena,

IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak

Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa  potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.

Karena
Orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang

Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.

Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan

Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.


Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/


SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016


*sesi tanya jawab*
Assalamu’alaikum…
Bunda Canda yang terbaik, berikut resume diskusi kita terkait materi 3 semalam ya. Silahkan dicerna kembali

TANYA 1
1. Bagaimana cara mendidik anak sesuai dgn kehendaknya? Bagaimana membedakan mendidik sesuai kehendakNya dgn mencetak sesuai keinginan kita?
Mba Anisa, kita sama sama tau kalau tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah, berilmu dan bermanfaat untuk sesama. Dalam mendidik anak, saya berpedoman pada ketiga hal tersebut. jika pola didik masih "on track (berhubungan dengan ketiga hal tersebut" saya lanjutkan. jika sudah melenceng "misalnya pengen berbangga diri jika anak hafal alqur'an, prestasinya bagus dll", maka saya evaluasi.
Anak adalah kertas kosong, biarkan ia berkembang sesuai dengan fitrahnya. kita hanya mengarahkan bukan mendiktekan apa yang harus ia lakukan. misal, kita ingin anak pintar matematika, ternyata dia lebih cepat belajar gambar atau olahraga. tetapi kita tetap mengikutkan anak les matematika. hal ini berarti kita telah mendidik anak sesuai keinginan kita, bukan sesuai dengan fitrahNya.
Tambahan materi dari bu septi cara melihat kekuatan anak dengan indikator kefitrahannya:
a. Fitrah Ilahiyah dengan 4 indikator: iman-akhlak-adab-bicara
b. Fitrah Belajar dengan 4 indikator : Intellectual curiosity- creative imagination-art of discovery and invention – noble attitude
c. Fitrah Bakat dengan 4 indikator : Enjoy-Easy-Excellent-Earn
d. Fitrah perkembangan : Saya pakai buku KIA nya Jica sejak anak-anak ada dalam kandungan.
Terkait fitrah belajar, bisa baca tentang materi "Learn how to Larn" di buku bunda cekatan, atau bisa nonton video bu septi yang ini ya mba
https://www.youtube.com/watch?v=Cd8FBoDI-ms
[07/02 22:10] ‪+62 896-8661-2311‬: ini lanjutannya
https://www.youtube.com/watch?v=IKiC3wzNBIE
Silakan buat sesimple mungkin dan semudah mungkin, sehingga bekerja untuk kita dan anak-anak.
Prinsip terakhir: ” Semua boleh, kecuali yang tidak boleh”. Semua teori yang diyakini keluarga boleh dipakai, yang tidak boleh cuma satu “Mencari kelemahan anak-anak kita”
2. Bagaimana Langkah2 menyelesaikan masa lalu? kalau sudah terlanjur menorehkan luka dihati anak, bagaimana cara memperbaikinya?
Maafkan dan berdamai (menerima kondisi masa lalu) dengan diri kita sendiri terlebih dahulu sehingga tidak ada rasa  dendam/sakit hati dengan masa lalu.
kemudian minta maaf kepada anak dan selanjutnya berusaha/belajar untuk semakin baik di masa sekarang juga di masa akan datang.
-annisa-

TANYA 2
Pada pernikahan yg dijodohkan (krn berbagai alasan tdk bs menolak perjodohan tersebut) dan dikemudian hari ada masalah dalam pernikahan, bagaimana cara menjawab pertanyaan diri "mengapa memilih dia sebagai pasangan?" atau "apa yg membuat anda jatuh cinta pd pasangan"?
Mba Aulia, terkait pertanyaan "mengapa memilih dia sebagai pasangan?" jawaban ini hanya mba aulia yang tau, coba diingat ingat dulu pada saat menerima perjodohan, kenapa mba aulia tidak bisa menolak perjodohan. kemudian setelah menikah, coba digali lagi kenapa Allah memilihkan suami untuk dijodohkan dengan saya.
Coba cari tahu kekuatan dan kelemahan kita masing masing. biasanya saling melengkapi dan itulah alasan Allah menjodohkan aku dan kamu.
Apa yang membuat anda jatuh cinta dengan pasangan? ini juga hanya mba Aulia yg bisa menjawabnya. Terkadang hal hal kecil yang dilakukan suami, membuat kita jatuh cinta padanya. tetapi karena kita terlalu banyak tuntutan. dia harus ini, harus itu, maka semua yang dilakukan suami tadi tidak berarti apa apa untuk kita.
Kalau saya sendiri, suami saya berangkat pagi pulang maghrib, jika diingat ingat selama dia bekerja, membuat saya bersyukur dijodohkan dengan dia. tidak jarang saya tiba tiba mengirim pesan "makasi ya" sebagai salah satu bentuk ungkapan cinta saya kepada suami
-aulia-

TANYA 3
Sy sedang menantikan kelahiran anak laki2. Bagaimana tips untuk mendidik anak laki2 jika sy sudah kehilangan sosok ayah sejak kecil dan tidak punya saudara laki2?
Tipsnya yaitu didiklah anak sesuai dengan fitrahnya mba desi. saya coba share poin dari bu septi ttg ini ya mba
a. Fitrah Ilahiyah dengan 4 indikator: iman-akhlak-adab-bicara
b. Fitrah Belajar dengan 4 indikator : Intellectual curiosity- creative imagination-art of discovery and invention – noble attitude (materi ini akan didapatkan di kelas bunda sayang atau bunda bisa baca di buku bunda sayang iip)
c. Fitrah Bakat dengan 4 indikator : Enjoy-Easy-Excellent-Earn (materi ini akan kita pelajari nanti, tetap semangat ikut kelas matrikulasi sampai selesai ya mba)
d. Fitrah perkembangan : Saya pakai buku KIA nya Jica sejak anak-anak ada dalam kandungan.
Terkait fitrah belajar, bisa baca tentang materi "Learn how to Larn" di buku bunda cekatan, atau bisa nonton video bu septi yang ini ya mba
https://www.youtube.com/watch?v=Cd8FBoDI-ms
[07/02 22:10] ‪+62 896-8661-2311‬: ini lanjutannya
https://www.youtube.com/watch?v=IKiC3wzNBIE
Silakan buat sesimple mungkin dan semudah mungkin, sehingga bekerja untuk kita dan anak-anak.
Prinsip terakhir: ” Semua boleh, kecuali yang tidak boleh”. Semua teori yang diyakini keluarga boleh dipakai, yang tidak boleh cuma satu “Mencari kelemahan anak-anak kita”
Jika anak sudah kehilangan sosok ayah sejak kecil, itu sudah kehendak Allah mba. InsyaAllah mba akan dimudahkan dalam proses mendidik anak jika mba terus berdoa dan berusaha. selalu mempelajari tentang ilmu mendidik anak dan mempraktekkannya
-desi-

TANYA 4
Bagaimanakah kita mengetahui kalau lingkungan rumah kita sesuai dengan apa yang kita harapkan? Terkadang sudah tinggal puluhan tahun, tapi baru sadar kalau lingkungan itu tidak baik untuk kita, misalnya mengganggu perkembangan atau pertumbuhan anak ataupun lingkungan sosial kita.
Mba dina, kita dapat membaca tanda-tanda yang telah diberikan oleh Allah selama ini. jika memang lingkungan yang kurang baik untuk kita, berarti ada kemungkinan kita yang sengaja diarahkan oleh Allah untuk tinggal disana untuk memperbaiki lingkungan.
-Dina Maulidina-

TANYA 5
Bagaimana cara menjaga komunikasi yg baik ketika suami sedang bekerja di luar daerah?
Mba dewi, selalu berikan kabar tentang apa saja yang terjadi dirumah kepada suami, buat jadwal khusus untuk tetap komunikasi. misalnya telepon sebelum tidur. selepas maghrib anak telpon ayahnya.
sebenarnya komunikasi jarak jauh dan jarak dekat sama saja, yg berbeda hanya jaraknya dan cara berkomunikasinya. kalau suami dirumah, kita bisa komunikasi tatap muka. kalau jarak jauh, bisa lewat telp, video call, dll. sekarang teknolgi sudah sangat membantu kita dalam berkomunikasi jarak jauh
-Dewi Setianingrum-

TANYA 6
Saya pernah dengar ceramah di radio, jika kita tidak memungkinkan 'mewarnai' lingkungan kita agar lebih baik untuk anak kita tumbuh, maka sebaiknya pindah. Saya masih mengontrak, lingkungan tempat tinggal saya sekarang kurang kondusif bagi anak (anak-anak terlantar, berkata kasar, malas sholat, dll), apa lebih baik pindah?
Pertanyaan mba dina hampir sama dengan pertanyaan no. 4, kita dapat membaca tanda-tanda yang telah diberikan oleh Allah selama ini. jika memang lingkungan yang kurang baik untuk kita, berarti ada kemungkinan kita yang sengaja diarahkan oleh Allah untuk tinggal disana untuk memperbaiki lingkungan.
- Afie -

TANYA 7
Apa indikator dr diri kita yang menandakan bahwa kita sudah 'memaafkan' masa lalu (misal terkait dengan pola didik ortu di masa lalu). Kl dalam hati sudah memaafkan dengan tulus tp terkadang masih suka 'terpikirkan' apakah itu blm bs disebut sudah 'memaafkan'?
Mba fasta, salah satu indikatornya adalah jika kita teringat masa lalu tersebut atau ada yang mengungkitnya, kita tidak merasa dendam atau sakit hati atau kenapa dulu orang tua saya begitu ya. Tetapi yang ada dalam benak kita "saya sudah memaafkan masa lalu tersebut, mungkin dulu orang tua saya khilaf atau belum diberi ilmu yang cukup oleh Allah untuk mendidik saya"  kemudian kita bersyukur bisa belajar disini dan berusaha semakin baik di masa sekarang juga di masa akan datang. Tambahan terkait dengan masa lalu dengan orang tua,  datanglah ke orangtua anda apabila masih ada, peluk beliau berdua, sebagai visualisasi bahwa kita benar-benar sdh menerima segala kondisi masa lalu. Seringlah berbuat baik untuk mereka, untuk mengganti rasa sakit/dendam masa lalu yg pernah ada.
Kemudian hindari masa-masa dimana kita dalam posisi marah yg memuncak ke anak.
Karena kalau kita belum selesai dg masa lalu, dalam kondisi tertekan, pasti kita akan melakukan perbuatan yg pernah dilakukan orangtua kita ke kita jaman kecil dulu, meskipun diri kita sendiri sangat tidak menyukainya.
Maka ujilah, kalau dalam kondisi tertekan kita bisa mengendalikan diri kita, insya Allah masa lalu sudah bisa kita terima dengan baik
-Fasta-

TANYA 8
1. Saat membangun seorang anak memang harus dibutuhkan komitmen dan kerja sama semua pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak. Bagaimana menyikapi perbedaan pandangan pengasuhan anak yang terjadi ketika anak diasuh oleh neneknya?  Apa batasan yang harus diperhatikan dalam pengasuhan yang dipegang oleh nenek agar tidak menyinggung perasaan kedua pihak (antara ibu dan nenek)?
Mbak Gista,  kunci utama ketika kita masih jadi satu dengan orangtua adalah komunikasi
Libatkan orangtua/mertua menjadi satu team dg kita, berikan mereka peran khusus yg bisa dikerjakan. Kemudian bicarakan dengan suami, bahwa ring 1 yg harus kita bangun adalah keluarga inti plus ortu kita. Kuncinya tetap dikomunikasikan dengan suami, kemudian hasilnya diskusi dengan orang tua atau mertua.
2. Saya percaya bahwa lingkungan berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Apa saja yang harus ditanamkan oleh orang tua sehingga anak tidak mudah terpengaruh lingkungan buruk meskipun dalam kesehariannya ia berkutat dengan berbagai perilaku yang tidak baik.
Apa saja yang harus ditanamkan dalam membentuk kepribadian yaitu iman-akhlak-adab-bicara
-Gista-

TANYA 9
Bagaimana cara mengatasi perbedaan dalam membentuk suatu peradaban dari rumah dengan latar belakang (pendidikan, suku) ayah-ibu berbeda?? Kemudian, diakhir materi bu Septi bilang bahwa semuanya harus berjalan sinergi antara urusan keluarga, anak, dan karir, bagaimana cara membangun peradaban yang mudah dipahami dan mudah dijalankan dalam keseharian ya??
Perbedaan dalam membentuk suatu peradaban itu sangat lumrah terjadi. Cara mengatasinya yaitu,
1. Tentukan dulu Visi dan Misi Keluarga kita (hal ini perlu didiskusikan dengan suami dan anak, kita pelajari tentang ini di materi selanjutnya ya mba).
2. Diskusikan apa saja yang harus kita lakukan untuk mewujudkan visi tersebut dan lakukan.
selama melakukan ini, tidak selalu On Track, yang mengganggu biasanya kerikil-kerikil tajam kehidupan yang disebabkan karena kesalahan metodenya bukan MISI nya yang salah.
Metode itu bisa komunikasi yang tidak produktif, cara menyelesaikan masalah yang kurang bijaksana, kekreativitasan dalam mengelola rumah tangga yang berhenti dan lain lain. Jadi yang diperbaiki adalah hal tersebut.
Kami berdua (Bu septi dan pak dodik) selalu menguatkan pada core value sebagai jalan kami yaitu IMAN dan KEHORMATAN. Apakah yang kami lakukan ini menguatkan iman dan kehormatan? Kalau ya lanjut, kalau tidak stop. Itu yang menjadi indikator perjalanan.
-Diajeng Ayunda-

TANYA 10
1. Terkait dgn statement, "pekerjaan, berkarya, mendidik anak dapat berjalan tanpa harus ada yg  dikorbankan"  saat ini sy bekerja sbg pegawai dan merasakan bahwa bekerja, berkarya, dan mendidik anak adalah pilihan yang akhirnya satu sama lain saling mengorbankan dan masing2 tdk tuntas. Bagaimana utk mewujudkan kondisi di atas agar tdk ada yg dikorbankan?
Mbak Astri, saya coba mengutip jawaban bu septi terkait hal ini "hal yg perlu kita yakini adalah Rejeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari kadang kita sibuk mengejar sesuatu yang sudah pasti, yaitu rejeki, dan melupakan hal-hal yg harus dicari yaitu kemuliaan. Nah, coba sekarang mbak endah luangkan waktu sesaat untuk menjawab satu persatu pertanyaan di atas, untuk menemukan diri. Jangan pernah takut akan rizqi mbak... Karena setiap amanah yg dititipkan ke kita, sudah satu paket dengan rizqinya"
Jika ketiga hal tersebut memang harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan, saatnya "Skala Prioritas" dan "Manajemen Waktu" diterapkan semaksimal mungkin. Jangan lupa berikan istirahat "me time" untuk diri kita sendiri sebagai penyeimbang. jika ada yang perlu di delegasikan, sebaiknya dilegasikan ya mba. jangan mengerjakan semuanya sendiri.
2. Ktk qt sdh berdamai dgn masa lalu, bagaimana menyikapi bahwa qt selama ini taat pada ortu dgn mengikuti keinginannya namun akhirnya justru tdk tau apa yg sesungguhnya yg qt mau?
komunikasikan dengan orang tua. "kita sudah mewujudkan keinginan orang tua selama "x tahun", sekarang bolehkah jika saya mewujudkan keinginan saya. komunikasikan dengan cara yang baik
-Astri-

TANYA 11
Bagaimana lingkungan tempat tinggal dan komunitas sekitar kita, bisa mempengaruhi pembentukan program kurikulum pendidikan yang dirancang oleh keluarga?
Mba dini, tentunya lingkungan dan komunitas mempengaruhi kita dalam membuat kurikulum. seperti yang mba rasakan di group ini. kita bisa belajar banyak hal dari pengalaman pengalaman orang lain atau memperoleh ilmu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Hal ini bisa menjadi amunisi kita dalam merancang kurikulum pendidikan keluarga. Hal yang perlu diingat *tidak semua yang dilakukan oleh keluarga lain, bisa diterapkan di keluarga kita. Karena setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga keluarga kitalah yang menentukan kurikulum pendidikan keluarga
-Dini-

TANYA 12
Bagaimana caranya memaafkan masa lalu, saya sudah berusaha memaafkan, berusaha ridho dengan ketentuan Allah, tapi rasanya masih ada ganjalan. Bahkan pernah ikut sesi coaching "healing" tapi cuma bertahan sebentar. Mungkin ada tips biar bisa memaafkan dan melupakan hal2 yg tidak menyenangkan.
Mba anita, yang bisa menyelesaikan masa lalu kita hanyalah diri kita dan Allah. Maka curhatlah dengan Allah, karena DIA lah yg paling paham dengan diri kita. Mohon kekuatan dari DIA supaya kita kita bisa memaafkan dan melupakan hal hal tersebut. selanjutnya  berusaha/belajar untuk semakin baik di masa sekarang juga di masa akan datang.
-Anita Salam-

TANYA 13
1) Bagaimana kah cara mendidik anak sesuai dengan kehendakNya? (Bukan kehendak kita)
Apa yang bisa dijadikan tolak ukur?
Kita sama sama tau kalau tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah, berilmu dan bermanfaat untuk sesama. Dalam mendidik anak, saya berpedoman pada ketiga hal tersebut. jika pola didik masih "on track (berhubungan dengan ketiga hal tersebut" saya lanjutkan. jika sudah melenceng "misalnya pengen berbangga diri jika anak hafal alqur'an, prestasinya bagus dll", maka saya evaluasi.
Anak adalah kertas kosong, biarkan ia berkembang sesuai dengan fitrahnya. kita hanya mengarahkan bukan mendiktekan apa yang harus ia lakukan. misal, kita ingin anak pintar matematika, ternyata dia lebih cepat belajar gambar atau olahraga. tetapi kita tetap mengikutkan anak les matematika. hal ini berarti kita telah mendidik anak sesuai keinginan kita, bukan sesuai dengan fitrahNya.
Tambahan materi dari bu septi cara melihat kekuatan anak dengan indikator kefitrahannya:
a. Fitrah Ilahiyah dengan 4 indikator: iman-akhlak-adab-bicara
b. Fitrah Belajar dengan 4 indikator : Intellectual curiosity- creative imagination-art of discovery and invention – noble attitude
c. Fitrah Bakat dengan 4 indikator : Enjoy-Easy-Excellent-Earn
d. Fitrah perkembangan : Saya pakai buku KIA nya Jica sejak anak-anak ada dalam kandungan.
Terkait fitrah belajar, bisa baca tentang materi "Learn how to Larn" di buku bunda cekatan, atau bisa nonton video bu septi yang ini ya mba
https://www.youtube.com/watch?v=Cd8FBoDI-ms
[07/02 22:10] ‪+62 896-8661-2311‬: ini lanjutannya
https://www.youtube.com/watch?v=IKiC3wzNBIE
Silakan buat sesimple mungkin dan semudah mungkin, sehingga bekerja untuk kita dan anak-anak.
Prinsip terakhir: ” Semua boleh, kecuali yang tidak boleh”. Semua teori yang diyakini keluarga boleh dipakai, yang tidak boleh cuma satu “Mencari kelemahan anak-anak kita”
2) Bagaimana cara yang real dan spesifik, untuk mengetahui "peran spesifik keluarga" kita di muka bumi ini?
Lakukan pemetaan kekuatan diri kita dan pasangan (tuliskan), kemudian setelah itu berdua memahami anak-anak yang dihadirkan dalam keluarga ini, selanjutnya potensi unik alam, tempat kita tinggal, komunitas sekeliling kita dan lain-lain.  Tuliskan, tuliskan dan tuliskan sehingga kita akan melihat benang merahnya dan paham, mengapa Allah menjadikan keluarga kita seperti ini, dan gejala-gejalanya, antara lain, ketika kita melakukan hal tersebut, mata kita selalu berbinar-binar, energi tidak pernah habis, serasa ada energi yang terbarukan, tidak pantang menyerah, setiap kali ada ujian, selalu makin bersemangat. (Itu versi saya).
Kalau versi Abah Rama, ada 4 E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn). Nah untuk itu perlu dicoba satu persatu, ketika menemukan sesuatu yang “gue banget” segera tekuni dan jangan berganti-ganti (mengingat faktor U- umur) disitulah kita akan semakin memahami mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini
3) Saya sudah menikah, dan "empat pertanyaan" itu belum semua terjawab dengan baik.
a. Bagaimanakah cara mengobati bayang2 masa lalu yang kadang "menghantui" diri?
b. Bagaimana agar selalu fokus ke masa kini dan masa yang akan datang? Saya mungkin terlalu sering "melihat spion"
Berusaha memaafkan masa lalu, salah satu indikator bahwa kita sudah memaafkan adalah jika kita teringat masa lalu tersebut atau ada yang mengungkitnya, kita tidak merasa dendam atau sakit hati. Tetapi yang ada dalam benak kita "saya sudah memaafkan masa lalu tersebut. Kemudian kita bersyukur bisa belajar disini dan berusaha semakin baik di masa sekarang juga di masa akan datang. Maka ujilah, kalau dalam kondisi tertekan kita bisa mengendalikan diri kita, insya Allah masa lalu sudah bisa kita terima dengan baik.
4) Dalam pertanyaan2 di empat poin menentukan misi pernikahan,
a) Bagaimanakah menghilangkan keraguan dalam menentukan dua bidang spesifik / keunikan diri? Terkadang masih ambigu.
Mana yang lebih 4E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn)? bidang A atau bidang B.
b) Bagaimanakah cara menyatukan misi pernikahan dengan suami, berkaitan dengan potensi diri kami yang berbeda-beda?

Diskusikan dengan suami, biasanya potensi yang berbeda jika kita tepat dalam menyatukannya akan menjadi satu tim yang solid. misalnya bu septi dan pak dodik. bu septi potensinya yaitu sebagai “INSPIRATOR” tugas saya di muka bumi ini ternyata ingin menginspirasi banyak orang. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan “inspirasi” selalu membuat saya berbinar-binar. Dan lebih spesifik lagi khusus untuk pendidikan anak dan keluarga. Kalau pak Dodik ” Developer dan Educator” beliau selalu berbinar ketika menjalankan peran membangun hal baru yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini kami sedang mengamati 3 peran hidup  anak-anak, sedang kita lihat konsistensinya. dari kedua hal tersebut, kita sekarang bisa melihat bagaimana hasil kolaborasi antara bu septi dan pak dodik.
c) Bagaimana agar merefresh cinta antara saya dan suami? Setelah beberapa tahun kami menjalani pernikahan dan tahu sifat alami dan sifat alami masing-masing, kadang terasa biasa saja (flat), berbeda dengan saat baru menikah.
-terjawab dengan NHW #3-
-Cici-

TANYA 14
Cara mengatasi dendam kepada orng tua sendiri bagaimana?
Salah satu indikator tidak lagi dendam kepada orang tua adalah jika kita teringat masa lalu tersebut atau ada yang mengungkitnya, kita tidak merasa dendam atau sakit hati atau kenapa dulu orang tua saya begitu ya. Tetapi yang ada dalam benak kita "saya sudah memaafkan masa lalu tersebut, mungkin dulu orang tua saya khilaf atau belum diberi ilmu yang cukup oleh Allah untuk mendidik saya" kemudian kita bersyukur bisa belajar disini dan berusaha semakin baik di masa sekarang juga di masa akan datang. Tambahan terkait dengan masa lalu dengan orang tua, datanglah ke orangtua anda apabila masih ada, peluk beliau berdua, sebagai visualisasi bahwa kita benar-benar sdh menerima segala kondisi masa lalu. Seringlah berbuat baik untuk mereka, untuk mengganti rasa sakit/dendam masa lalu yg pernah ada.
Kemudian hindari masa-masa dimana kita dalam posisi marah yg memuncak ke anak.
Karena kalau kita belum selesai dg masa lalu, dalam kondisi tertekan, pasti kita akan melakukan perbuatan yg pernah dilakukan orangtua kita ke kita jaman kecil dulu, meskipun diri kita sendiri sangat tidak menyukainya.
Maka ujilah, kalau dalam kondisi tertekan kita bisa mengendalikan diri kita, insya Allah masa lalu sudah bisa kita terima dengan baik
-Anita-

TANYA 15
1. Bila kita pernah punya trauma di masa kecil thd perlakuan  orang tua. Meskipun  sudah memaafkan, tapi kalo inget knapa dada terasa masih sesak ya? Apakah perlu bila saat ini kita terbuka menceritakan trauma kita ke ortu ?
Mba ruri, jika masih ada rasa sesak, berarti kita belum sepenuhnya memaafkan perlakuan orang tua. jika memungkinkan untuk diceritakan (tidak membuat orang tua sakit hati), mba bisa ceritakan dari hati ke hati dg orang tua mba. peluk ia, minta maaf. Seringlah berbuat baik untuk mereka, untuk mengganti rasa sakit/dendam masa lalu yg pernah ada. Kemudian hindari masa-masa dimana kita dalam posisi marah yg memuncak ke anak. Karena kalau kita belum selesai dg masa  lalu, dalam kondisi tertekan, pasti kita akan melakukan perbuatan yg pernah dilakukan orangtua kita ke kita jaman kecil dulu, meskipun diri kita sendiri sangat tidak menyukainya. Maka ujilah, kalau dalam kondisi tertekan kita bisa mengendalikan diri kita, insya Allah masa lalu sudah bisa kita terima dengan baik.
2. Sbg ortu kita pasti pernah marah thd anak. Bagaimana cara utk mengetahui bahwa sikap kita membuat trauma pd anak ato tidak.. dan bagaimana menghadapi ingatan anak ttg amarah orang tua thd anak.
Bagaimana cara utk mengetahui bahwa sikap kita membuat trauma pd anak ato tidak? Lihat reaksi anak, jika ia takut melakukan sesuatu karena kita pernah marah ketika ia melakukan hal tersebut sebelumnya, berarti ada yang salah dengan sikap marah kita. coba baca lagi materi "komunikasi produktif yang pernah di share ya mba". Bagaimana menghadapi ingatan anak ttg amarah orang tua thd anak? tanyakan kepada anak dan diskusikan mba. Jika memang kita yang salah, minta maaf
-Rury-

TANYA 16
Kenapa kita tidak boleh mencari kelemahan anak? Bukankah dengan mengetahui kelemahannya, kita bisa berfokus pada kelebihannya?
Tentang "kelemahan", boleh mengetahui, tetapi tidak boleh memaksakan kelemahan anak itu harus diperbaiki. kalau prinsip bu septi *Meninggikan gunung, bukan meratakan lembah*
gunung = kekuatan
lembah = kelemahan
-Cici-

Komentar

Postingan Populer