Review Nice Homework sesi #5 BELAJAR CARA BELAJAR ( Learning how to Learn)

Review Nice Homework sesi #5

BELAJAR CARA BELAJAR  ( Learning  how to Learn)

Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar, bagaimana rasanya mengerjakan Nice Homework di sesi #5 ini? Melihat reaksi para peserta matrikulasi ini yang rata ada di semua grup adalah
a.      Bingung, ini maksudnya apa?
b.      Bertanya-tanya pada diri sendiri dan mendiskusikannya ke pihak lain, entah itu suami atau teman satu grup
c.       Mencari berbagai referensi yang mendukung hasil pemikiran kita semua
d.      Masih ada yang merasakan hal lain?

Maka kalau teman-teman merasakan semua hal tersebut di atas, kami ucapkan SELAMAT, karena teman-teman sudah memasuki tahap belajar cara belajar.
Nice Homework #5 ini adalah tugas yang paling sederhana, tidak banyak panduan dan ketentuan. Prinsip dari tugas kali ini adalah Semua Boleh, kecuali yang tidak boleh. Yang tidak boleh hanya satu, yaitu diam tidak bergerak dan tidak berusaha apapun.

Selama ini sebagian besar dari kita hampir memiliki pengalaman belajar yang sama, yaitu OUTSIDE IN informasi yang masuk bukan karena proses “rasa ingin tahu” dari dalam diri kita melainkan karena keperluan sebuah kurikulum yang harus tuntas disampaikan dalam kurun waktu tertentu. Sehingga belajar menjadi proses penjejalan sebuah informasi. Sehingga wajar kalau banyak diantara kita menjadi tidak suka “belajar”, akibat dari pengalaman tersebut.

Di Institut Ibu Profesional ini kita belajar bagaimana membuat desain pembelajaran yang ala kita sendiri, diukur dari rasa ingin tahu kita terhadap sesuatu, membuat road map perjalanannya, mencari support system untuk hal tersebut, dan menentukan  exit procedure andaikata di tengah perjalanan ternyata kita mau ganti haluan.

Ketika ada salah seorang peserta matrikulasi yangbertanya, apakah Nice Homework #5 kali ini ada hubungannya dengan materi-materi sebelumnya? TENTU IYA

Tetapi kami memang tidak memberikan panduan apapun. Kalau teman-teman amati, bagaimana cara fasilitator memandu Nice Homework #5 kali ini?

Ketika peserta bertanya, tidak buru-buru menjawab, justru kadang balik bertanya.
Ketika peserta bingung, tidak buru-buru memberikan arah jalan, hanya memberikan clue saja.
Fasilitator banyak diam andaikata tidak ada yang bertanya, karena memberikan ruang berpikir dan kesempatan saling berinteraksi antar peserta.

Itulah salah satu tugas kita sebagai pendidik anak-anak. Tidak buru-buru memberikan jawaban, karena justru hal tersebut mematikan rasa ingin tahu anak.

Membaca sekilas hasil Nice Homework #5 kali ini ada beberapa kategori sbb :
a.      Memberikan teori tentang desain pembelajaran
b.      Membuat desain pembelajaran untuk diri kita sendiri
c.       Menghubungkannya dengan NHW-NHW berikutnya, sehingga tersusunlah road map pembelajaran kita di jurusan ilmu yang kita inginkan.
d.      Ada yang menggunakan ketiga hal tersebut di atas untuk membuat desain pembelajaran masing-masing anaknya.

tidak ada BENAR-SALAH dalam mengerjakan Nice homework#5 kali ini, yang ada seberapa besar hal tersebut memicu rasa ingin tahu teman-teman terhadap proses belajar yang sedang anda amati di keluarga.

Semangat belajar ini tidak boleh putus selama misi hidup kita di dunia ini belum selesai. Karena sejatinya belajar adalah proses untuk membaca alam beserta tanda-tandaNya sebagai amunisi kita menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi ini.

Setelah bunda menemukan pola belajar masing-masing, segera fokus dan praktekkan kemampuan tersebut. Setelah itu jangan lupa buka kembali materi awal tentang ADAB mencari ilmu. Karena sejatinya

ADAB itu sebelum ILMU

Belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan:
1.      Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong
Yaitu mereka yang katanya telah mengetahui segala sesuatu,  merasa angkuh akan ilmu yang dimiliki. Tak mau menerima nasehat orang lain karena dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap pendapat orang yang memberikan nasehat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau menang sendiri, tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan pendapatnya yang salah. Terkadang mengatakan sudah berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya masih seperti kekanak-kanakan. Terkadang ada  yang berpendidikan tinggi, namun  tak mengerti akan ilmu yang dia miliki. Dia malah semakin menyombongkan diri, congkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling pintar dan ingin diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun mengandung kekejian.

2.      Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.
tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena pribadinya yang mulia meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap merendah hati tiada meninggi. Semakin dia rendah hati, semakin tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena ilmu yang banyak itulah yang mampu menjadikannya faham akan hakikat dirinya. Dia tak mudah merendahkan orang lain. Senantiasa santun dan ramah, bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya itu membuatnya semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah pun mencintainya.

3.      Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahwa dia tidak tahu apa-apa ( stay foolish, stay hungry)
Tingkatan terakhir adalah yang teristimewa. Selalu merasa dirinya haus ilmu tetap tidak mengetahui apa-apa (stay foolish, stay hungry) meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dalam dadanya. Karena dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata dan hatinya. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justru, dia bukan hanya tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu. Dia selalu merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di dalamnya lantaran terlalu luasnya ilmu.

Sampai dimanakah posisi kita? Hanya anda yang tahu.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

Sumber Bacaan :
Hasil Nice Homework #5, Peserta matrikulasi IIP Batch #3, 2017
Materi Matrikulasi IIP Batch #3, Belajar cara Belajar, 2017
Materi Matrikulasi IIP Batch #3, Adab Menuntut Ilmu, 2017



SESI TANYA-JAWAB

1.      stay  foolish, stay hungry.. misal kita selalu merasa seperti itu terhadap ilmu apapun, dan ujungnya ingin mempelajari apapun, apakah itu yang dinamakan stay foolish, stay hungry? atau sebenarnya kita yang terlalu kepo terhadap semua hal dan akhirnya menjadi ga fokus thp ilmu apa yang kita pelajari? - ayu rachmawati-
Jawaban:
bunda ayu, stay foolish,  stay hungry itu berarti kita selalu ingin tau dan tidak merasa diri ini sudah pintar sehingga kita akan mengosongkan gelas setiap kali akan belajar supaya ilmu dapat diserap sebaik mungkin.  Hal ini menyebabkan kita ingin tahu lebih banyak lagi dan lagi (tidak pernah berhenti belajar).  Namun,  yg perlu diingat,  tetap selesaikan satu per satu sehingga kita fokus dan ilmu yg didapat maksimal.  Jangan sedikit sedikit,  sedikit ilmu A,  sedikit ilmu B,  sedikit ilmu C dst sehingga semua ilmu tersebut mengambang di kepala kita.  Jika kita ingin mempelajari ilmu A,  B dan C.  Pelajari dulu ilmu A sampai selesai,  ketika kita merasa sudah selesai dg ilmu A dan penerapannya sudah oke,  baru masuk ke ilmu B dst ?

2.      Apa yg dimaksud dgn exit prosedure?  Bagaimana cara membuatnya? -annisa-
Jawaban:
bunda annisa,  maksud exit procedure itu maksudnya kita mau pindah jalur. atau ada kejadian luar biasa. Pindah jalur misalnya, kalo anak awalnya suka banget main piano,  kemudian ditengah jalan tiba-tiba bosen belajar piano. Maka ia punya komitmen harus menyelesaikan satu level (piano tadi) sebelum pindah ke kegiatan lainnya (kegiatan lainnya misalnya ia ingin banget bisa karate),  maka minimal ia harus bisa main piano dulu (target awal : bisa baca not dan memainkan sebuah lagu). Baru setelah itu ganti ke karate. Jangan setengah setengah. Atau kedua orangtua meninggal, anak tahu apa yang mereka lakukan.

3.      Di NHW kemarin saya sempat menuliskan hal ini terkait pendidikan anak2:  Anak-anak adalah makhluk pembelajar. Anak-anak memiliki intuisi belajar yang tinggi. Maka sebagai Ibu profesional --> bagaimana mendidik anak-anak menjadi SUKA belajar, bukan sekedar bisa. Tugas Ibu sebagai *fasilitator HANDAL* 80% otak anak berkembang pada saat anak berusia 0--8 tahun. Pembentukan karakter 0--12 tahun. Menentukan kehidupan anak selanjutnya. Karakter anak selanjutnya.
Jawaban:
--> Ibu Profesional memiliki *PRIORITAS WAKTU*. Tidak ada yang berhasil dengan setengah setengah.
1.Bagaimana MENSTIMULUS ANAK dalam SETIAP FASE PEMBELAJARANNYA
2. Bagaimana Membuat suasana rumah menjadi LINGKUNGAN yang SELALU MEMOTIVASI ANAK-ANAK
3. Bagaimana memunculkan ekspresi KREATIF anak-anak
4. Bagaimana melatih KEMANDIRIAN dalam diri anak
Program menuangkan keempat hal tadi terus berlangsung sesuai usia anak.

4.      Iyaa, tapi rasanya kok susaaah bgt buat dilaksanain..Ada saat2nya anak2 rewel, apalagi dua anak saya dua2nya masih balita..Anak rewel -->udah mempengaruhi mood, Merasa sedang jenuh dan butuh  me time,Plus plus terkadang tanggapan dari pihak luar yang kadang bikin tambah down, Misalnya dianggap ngga becus ngurus anak sama mertua krn ngeliat anak2 rewel..padahal anak balita kan ada fase2nya dia tantrum dan yang bayi juga nangis.. Terus krn faktor2 tsb jadi down..gimana mau nyiptain kondisi yang semangat buat anak2? Udah coba praktekin ilmu dari bu Septi *cancel2, go away*..abaikan, klo emang itu mengganggu. Tapi pada prakteknya sulit. Saya juga nulis di nhw 5 kemarin, bahwa dalam proses pembelajaran ini saya harus bawa selalu *kunci sabar* sebelum masuk 'ruang kelas' tapi nyatanya itu kunci kadang lepas aja klo kondisi udah bertubi2 dari pagi smp mlm, mengurus anak dan berbagai macam hal .Mhn pencerahannya bunda, terimakasih ???? - dyfi –
Jawaban:Mba dyfi,  coba kita cari akar permasalahan mba dan solusinya.  Sebenarnya saya banyak pertanyaan lanjutan utk menjawabnya. Misalnya,  anak anak rewel itu biasa,  tapi kalau rewel terus menerus sampai mengganggu mood,  berarti itu ada apa apa.  Bunda sendiri yg harus mencari tau. 
5.      Soal me time,  apakah sudahh pernah diutarakan ke suami dan didiskusikan ke suami kalau kita perlu me time,  saat kita me time bolehkah anak di handle dulu sama suami?  Tentang mertua,  banyak yg merasakan hal yg sama dg mba,  saya pun begitu.  Tapi kuncinya kembali lagi ke komunikasi. ?? Saat sudah menjadi ibu, ada proses belajar dan berlatih serta mengelola  hati-pikiran-emosi  yang dilakukan secara terus menerus. Yang bisa menghargai diri ibu adalah ibu itu sendiri. Tidak terlalu penting orang lain mengenal kita sejauh apa,  tetapi sejauh apa diri ini menghargai diri,  itu yang jauh lebih penting.
6.      Latihan switch cancel cancel go away itu memang tidak mudah.  Pada praktekkanya harus dibarengi dengan keterampilan manajemen emosi dan manajemen multithinking. *Your perception is your reality* .  jadi ciptakan  seposiif mungkin sesuai pikiran kita, nanti nalar dan emosi akan mengikuti bersamaan. ?


Sesi Diskusi Fasil Trisa
Adakah bu ibu disini yg dulu pas sekolah (sd,  smp,  sma atau kuliah)  belajarnya utk dapat nilai bagus dan bikin orang tua bahagia?  ???? saya nunjuk diri sendiri ??
Tapi kalau dipikir pikir,  apakah pada saat itu kita cinta belajar?  Kira kira ada yg salah nggak ya dari cara belajar kita dulu?
Kan kita kebiasaan,  kalau anak abis terima rapor atau abis tes,  ujian dan sebagainya,  indikator keberhasilan utama yaitu nilai. Takut anak kita nilainya jelek,  anak orang lain nilainya bagus.  Anak orang lain juara,  anak kita nggak,  anak orang lain umur 4 tahun belum bisa baca,  kok anak kita belum,  anak orang lain pintar matematika,  kok anak kita nggak, dan lain sebagainya
Sampai sampai kita lupa apa esensi belajar dan anak merasa "terpaksa"  belajar terus akhirnua malas malasan belajar
Akhirnya kita kesel sama anak,  marah sama anak,  bilang kok kamu main terus,  kapan belajarnya.
Nah,  sebenarnya disitulah peran kita sebagai fasilitator yg bisa mrmbuat belajar seasik bermain.  Harus ekstra memang usahanya.  *belajar dari bu septi
Bu ibu tau nggak sih,  kalau bu septi itu berusaha untuk selalu menemani elan belajar (kadang tidak mengajarkan).  Tugas bu septi hanya menemani dan ketika elan menemukan sesuatu bu septi selalu bilang "kamu keren"
Jadi tugas bu septi,  menemani elan belajar lewat internet dan bilang "kamu keren" ??
Saya dulu pas sma juga gitu mba ??
Tapi wajar aja mungkin ya mba, karena dulu zamannya kerja harus punya sertifikat dan nilai bagus.  Makanya nilai jadi salah satu prioritas utama.
Tapi sekarang,  dg perkembangan teknologi,  skill jauh lebih penting. Anak anak sekarang udah kreatif kreatif bgt, belajar bikin robot nggak perlu harus ke perpustakaan cari buku dll.  Banyak di youtube.
Belajar ttg keuangan,  bisnis,  manajemen,  nggak perlu datang ke kelas,  cukup dari rumah, pakai applikasi yg bisa video call dg guru.  Dll.
Jadi anak anak kita harus kita persiapkan skillnya. Nilai itu prioritas kesekian.  ??

Cukuplah kita yg merasakan bahwa nilai adalah segalanya,  sekarang dan kedepannya kita persiapkan anak anak lebih baik lagi karena zamannya udah beda banget sama zaman kita.  

Komentar

Postingan Populer